Senin, 13 Maret 2017
Sejarah Pompeii
Pompeii
Pompeii adalah
sebuah kota zaman Romawi kuno yang
telah menjadi puing dekat kota Napoli dan sekarang berada di wilayah Campania, Italia. Pompeii hancur oleh letusan gunung Vesuvius pada 79
M. Debu letusan gunung Vesuvius menimbun kota Pompeii dengan segala
isinya sedalam beberapa kaki menyebabkan kota ini hilang selama 1.600 tahun
sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja. Semenjak itu penggalian kembali
kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa terinci mengenai kehidupan
sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran Romawi.
Saat ini kota Pompeii
merupakan salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO.
Lokasi
Pompeii dan Campania Romawi.
Pompeii
terletak pada koordinat
40°45′0″LU 14°29′10″BT, sebelah
tenggara kota Napoli, dekat dengan kota modern Pompei saat ini. Kota ini
berdiri di lokasi yang terbentuk dari aliran lava ke arah utara di hilir Sungai Sarno (zaman dulu bernama
"Sarnus"). Saat ini daratan ini agak jauh letaknya di daratan, namun
dahulu merupakan daerah yang dekat dengan pantai.

Pada abad pertama M, Pompeii hanyalah salah satu
dari sekian kota yang berlokasi di sekitar kaki Gunung Vesuvius. Wilayah ini
cukup besar jumlah penduduknya yang menjadi makmur karena daerah pertaniannya
subur. Beberapa kelompok kota kecil di sekitar Pompeii seperti Herculaneum juga menderita kerusakan
atau kehancuran oleh tragedi letusan Vesuvius.
Sejarah
Sejarah awal
Kota
Pompeii didirikan sekitar abad ke-6 SM oleh orang-orang Osci atau
Oscan, yaitu suatu kelompok masyarakat di Italia tengah. Saat itu, kota ini
sudah digunakan sebagai pelabuhan yang aman oleh para pelaut Yunani dan Fenisia. Ketika orang-orang Etruskan mengancam melakukan serangan,
kota Pompeii bersekutu dengan orang-orang Yunani yang kemudian menguasai Teluk
Napoli. Pada abad ke-5 SM orang-orang Samnium mendudukinya (beserta semua kota
di Campania). Para penguasa baru ini
memaksakan arsitektur mereka dan memperluas wilayah kota. Diyakini juga bahwa
selama pendudukan orang-orang Samnium, Roma sempat merebut kembali Pompeii
untuk sementara waktu, namun teori ini belum terbuktikan.
Pompeii
ikut ambil peranan dalam peperangan yang dimulai oleh kota-kota Campania
melawan Roma, namun pada tahun 89 SM kota ini dikepung oleh Sulla.
Walaupun tentara Liga Sosial yang dipimpin oleh Lucius
Cluentius ikut membantu dalam melawan Roma, pada tahun 80 SM Pompeii dipaksa menyerah setelah Nola ditaklukkan.
Pompeii lalu menjadi sebuah koloni Roma dengan nama: Colonia Cornelia Veneria Pompeianorum. Kota ini menjadi
jalur penting bagi barang-barang yang datang lewat laut dan harus dikirim ke
Roma atau Italia Selatan yang terletak di sepanjang Via Appia yang tidak jauh dari situ.
Pada
tahun 62 M, sebuah gempa bumi hebat merusakkan Pompeii bersama banyak kota
lainnya di Campania. Pada masa antara tahun 62 M hingga letusan besar Vesuvius
tahun 79 M, kota ini dibangun kembali, mungkin lebih megah dalam bidang
bangunan dan karya seni dari sebelumnya.
Letusan Vesuvius
Para
penduduk Pompeii, seperti mereka yang hidup di daerah itu sekarang, telah lama
terbiasa dengan getaran kecil, namun pada 5 Februari 62
terjadi gempa bumi yang
hebat yang menimbulkan kerusakan yang cukup besar di sekitar teluk itu dan
khususnya terhadap Pompeii. Sebagian dari kerusakan itu masih belum diperbaiki
ketika gunung berapi itu meletus. Namun, ini mungkin merupakan sebuah gempa tektonik daripada gempa yang disebabkan
oleh meningkatnya magma yang terdapat
di dalam gunung berapi
Sebuah
gempa lainnya, yang lebih ringan, terjadi pada 64;
peristiwa ini dicatat oleh Suetonius dalam biografinya tentang Nero,
dalam De Vita Caesarum, dan oleh Tacitus dalam Buku XV dari Annales karena
hal ini terjadi ketika Nero berada di Napoli dan tampil dalam sebuah
pertunjukan untuk pertama kalinya di sebuah panggung umum. Suetonius mencatat
bahwa kaisar tidak memedulikan gempa itu dan terus bernyanyi hingga selesai
lagunya, sementara Tacitus mencatat bahwa teater itu runtuh setelah orang-orang
di dalamnya dievakuasi.
Penulis Plinius Muda menulis bahwa getaran
bumi itu "tidaklah begitu menakutkan karena sering terjadi di
Campania".
Pada
awal Agustus tahun 79, mata air dan sumur-sumur mengering. Getaran-getaran
gempa ringan mulai terjadi pada 20 Agustus 79 , dan menjadi
semakin sering pada empat hari berikutnya, namun peringatan-peringatan itu
tidak disadari orang, dan pada sore hari tanggal 24 Agustus, sebuah letusan gunung berapi
yang mematikan terjadi. Ledakan itu merusakkan wilayah tersebut, mengubur
Pompeii dan daerah-daerah permukiman lainnya. Kebetulan tanggal itu bertepatan
dengan Vulcanalia,
perayaan dewa api Romawi.
Laporan
saksi mata satu-satunya yang bertahan dan dapat diandalkan tentang peristiwa
ini dicatat oleh Plinius Muda dalam
dua pucuk surat kepada sejarahwan Tacitus. Dari rumah pamannya di Misenum,
sekitar 35 km dari gunung berapi itu, Plinius melihat sebuah gejala luar
biasa yang terjadi di atas Gn. Vesuvius: sebuah awan gelap yang besar berbentuk
seperti pohon pinus muncul dari mulut gunung itu. Setelah beberapa lama, awan
itu dengan segera menuruni lereng-lereng gunung dan menutupi segala sesuatu di
sekitarnya, termasuk laut yang di dekatnya.
"Awan"
yang digambarkan oleh Plinius Muda itu kini dikenal sebagai aliran piroklastik,
yaitu awan gas yang sangat panas, debu, dan batu-batu yang meletus dari sebuah
vulkano. Plinius mengatakan bahwa beberapa gempa bumi terasa pada saat letusan
itu dan diikuti oleh getaran bumi yang dahsyat. Ia juga mencatat bahwa debu
juga jatuh dalam bentuk lapisan-lapisan yang sangat tebal dan desa tempat ia
berada harus dievakuasi. Laut pun tersedot dan didorong mundur oleh suatu
"gempa bumi", sebuah gejala yang disebut oleh para geolog modern
sebagai tsunami.
Gambarannya
lalu beralih kepada fakta bahwa matahari tertutup oleh letusan itu dan siang
hari menjadi gelap gulita. Pamannya, Plinius Tua mengambil beberapa kapal
untuk meneliti gejala ini dan menyelamatkan orang-orang yang terperangkap di
kaki gunung itu. Karena tidak dapat mendarat dekat gunungtersebut karena angin
yang tidak menguntungkan dan debu yang dihasilkan letusan itu, Plinius Tua
melanjutkan perjalanan ke Stabiae sekitar
4,5 km dari Pompei. Ia meninggal di sana keesokan harinya. Dalam suratnya
yang pertama kepada Tacitus, kemenakannya menduga bahwa ini disebabkan karena
pamannya menghirup gas beracun. Namun Stabiae 16 km jauhnya dari tempat
kejadian dan rekan-rekannya tampaknya tidak terpengaruh oleh hirupan udara itu,
dan karena itu kemungkinan sekali kematiannya disebabkan karena Plinius yang
gemuk meninggal karena stroke atau serangan jantung .
Penemuan kembali
Fresko dekoratif: "Dewi
Europa dan sang Lembu"
Sejarah
mencatat pada 24 Agustus tahun 79, Gunung Vesuvius meletus dahsyat. Awan panas,
batuan dan abu membara menghujam ke dua kota, Pompeii dan Herculaneum. Lapisan
debu tebal menutupi dua buah kota yang lokasinya dekat dengan kaki gunung
Vesuvius, sehingga kedua kota ini menjadi hilang dan terlupakan.
Sekitar
1.600 tahun kemudian, secara tak sengaja keberadaan Pompeii ditemukan. Ada
jasad-jasad manusia yang diawetkan oleh abu dengan segala pose. Kota
Herculaneum ditemukan kembali pada 1738,
dan Pompeii pada 1748. Kedua kota ini digali kembali dari
lapisan debu tebal dengan membebaskan semua bangunan-bangunan dan lukisan
dinding yang masih utuh.
Sebenarnya,
kota ini telah ditemukan kembali pada 1599 oleh
seorang arsitek bernama Fontana yang
menggali sebuah jalan baru untuk sungai Sarno, namun membutuhkan lebih dari
150 tahun kemudian barulah sebuah upaya/kampanye serius dilakukan untuk
membebaskan kota ini dari timbunan tanah.
Raja Charles VII
dari dua Sisilia sangat tertarik dengan temuan-temuan ini
bahkan hingga ia diangkat menjadi raja Spanyol. Giuseppe
Fiorelli mengambil tanggung jawab ekskavasi pada 1860.
Hingga saat itu Pompeii dan Herculaneum dianggap telah hilang selamanya. Di
kemudian hari, Giuseppe Fiorelli adalah orang yang menyarankan penggunaan
teknik injeksi plester terhadap
ruangan kosong dalam tubuh korban Vesuvius yang sudah hancur untuk membentuk
kembali permukaan tubuh mereka secara sempurna.
Pasangan
penduduk Pompeii
Forum (bangunan
untuk keperluan sosial), pemandian, beberapa rumah/gedung dan sejumlah villa
telah dapat diselamatkan dengan baik. Sebuah hotel (dengan luas 1000 meter
persegi) ditemukan dekat dengan lokasi kota. Hotel ini lalu dinamakan
"Grand Hotel Murecine".
Fakta
menyatakan bahwa Pompeii merupakan satu-satunya situs kota kuno di mana
keseluruhan struktur topografinya dapat diketahui dengan pasti tanpa memerlukan
modifikasi atau penambahan. Kota ini tidak dibagi sesuai dengan pola-pola kota
Romawi pada umumnya dikarenakan permukaan tanah yang tidak datar (kota ini
berada di kaki gunung). Namun jalan-jalan di kota ini dibuat lurus dan berpola
pada tradisi murni Romawi kuno, permukaan jalan terdiri dari batu-batu poligon
dan memiliki bangunan-bangunan rumah dan toko-toko di kedua sisi jalan,
mengikuti decumanus dan cardusnya. Decumanus adalah
jalan-jalan yang merentang dari timur ke barat, sementara cardus merentang
dari utara ke selatan.
Sebuah
jalan sepi di Pompeii
Sebuah
bidang penelitian penting saat ini berkaitan dengan struktur-struktur, yang
kini sedang diperbaiki, pada masa letusan (kemungkinan rusak pada waktu gempa
pada tahun 62). Sebagian dari lukisan-lukisan tua yang rusak agaknya tertutup
dengan lukisan-lukisan yang lebih baru, dan alat-alat modern digunakan untuk
menemukan kembali gambaran dari fresko-fresko yang telah lama tersembunyi.
Alasan tentang mengapa struktur-struktur ini masih diperbaiki 10 tahun setelah
letusan itu adalah kenyataan bahwa frekuensi ledakan menjelang ledakan yang
hebat itu semakin kecil.
Kebanyakan
penggalian arkeologis di situs itu hanya sampai tingkat jalanan pada peristiwa
vulkanik tahun 79. Penggalian-penggalian yang lebih dalam di bagian Pompeii
yang lebih tua dan contoh-contoh utama dari pengeboran-pengeboran di dekatnya
telah menunjukkan lapisan-lapisan dari berbagai sedimen yang menunjukkan bahwa
peristiwa-peristiwa lain telah melanda kota itu sebelum terjadinya ledakan yang
terkenal itu, karena ada tiga lapisan sedimen yang terletak di bawah kota itu
yang ditemukan di atas lapisan lava. Bercampur dengan sedimen ini ditemukan
pula oleh para arkeolog potongan-potongan kecil dari tulang-tulang binatang,
potongan-potongan keramik dan
potongan-potongan tumbuhan. Dengan menggunakan penanggalan karbon,
lapisan yang tertua diperkirakan berasal dari abad ke-8 SM, sekitar masa
pendirian kota itu. Dua lapisan lainnya dipisahkan dari lapisan-lapisan lainnya
dengan lapisan tanah yang dikembangkan dengan baik atau merupakan jalan yang
dibuat orang Romawi pada sekitar abad ke-4 SM dan abad ke-2 SM. Teori di balik
lapisan-lapisan dari beraneka sedimen ini adalah tanah longsor yang hebat, yang mungkin
didorong oleh hujan yang turun berkepanjangan. (Senatore, et al., 2004)
Pada
penggalian-penggalian awal situs ini, sesekali ditemukan lubang di dalam
lapisan abu yang berisi sisa-sisa tulang manusia. Giuseppe Fiorelli mengusulkan
untuk mengisi ruang-ruang kosong itu dengan semen. Apa yang dihasilkan adalah
bentuk-bentuk yang sangat akurat dan mengerikan dari Pompeiani (warga
Pompeii) yang gagal melarikan diri, dalam saat-saat terakhir hidup mereka.
Untuk sebagian dari mereka, ungkapan ketakutan itu cukup jelas kelihatan.
Para
korban letusan
Para geolog telah menggunakan sifat-sifat
magnetik dari batu-batu dan serpihan-serpihan yang ditemukan di Pompeii untuk
memperkirakan temperatur aliran piroklaktik yang mengubur kota itu. Ketika batu
yang meleleh itu membeku kembali, mineral magnetik dalam batu itu mencatat arah bidang
magnet Bumi. Bila bahan itu dipanaskan melampaui temperatur
tertentu, yang dikenal sebagai temperatur
Curie, bidang magnetnya mungkin akan dimodivikasi atau sama sekali
diatur kembali.
Analisis
terhadap lebih dari 200 buah batu vulkanik dan serpihan-serpihan, seperti atap
genting, menunjukkan bahwa awan debu itu panasnya hingga 850 °C ketika
muncul dari mulut Vesuvius. Awan itu mendingin hingga kurang dari 350 °C
pada saat tiba di kota itu. Banyak dari bahan-bahan yang dianalisis mengalami
temperatur antara 240 °C hingga 340 °C. Beberapa daerah
memperlihatkan temperatur yang lebih rendah, hanya 180 °C. Ada teori yang
mengatakan bahwa guncangan mungkin telah menyebabkan tercampurnya udara dingin
ke dalam awan debu itu
Temuan unik
Fresko-fresko Pompeii yang
dapat diselamatkan menawarkan pengetahuan yang tiada bandingnya mengenai
kebudayaan dari kota purbakala ini
Kota Pompeii memberikan
gambaran sesaat mengenai kehidupan kota Romawi pada abad pertama. Gambaran
sesaat ini memperlihatkan bahwa Pompeii merupakan kota yang sangat hidup
sebelum terjadinya letusan gunung. Bukti-bukti memberi petunjuk hingga ke hal
yang amat detail dari kehidupan sehari-hari mereka. Misalnya, pada lantai
sebuah rumah (rumah Sirico) sebuah tulisan terkenal Salve, lucru (Selamat
datang, uang), mungkin dimaksudkan sebagai humor, menunjukkan kepada kita
perusahaan perdagangan yang dimiliki oleh dua sejawat, Sirico dan Nummianus
(namun nama ini mungkin hanya julukan, karena nummus berarti mata
uang, uang). Di rumah-rumah lainnya, terdapat banyak gambaran terinci mengenai
profesi dan kategori, seperti pekerja binatu (Fullones). Kendi-kendi anggur
bertuliskan Vesuvinum (istilah permainan kata dalam perdagangan). Grafiti yang dipahat di dinding
memberitahu kita akan nama suatu jalan.
Teatro Grande "Teater
Besar" dengan kapasitas penoton yang banyak terletak di sebelah teater
Piccollo
Ketika letusan terjadi, kota
Pompeii mungkin memiliki penduduk sejumlah 20.000 orang dan berlokasi di area
di mana orang Roma memiliki vila-vila liburan mereka. Banyak pelayanan yang
disediakan di kota Pompeii ditemukan, misalnya: Macellum (pasar raya
menyediakan makanan), Pistrinum (penggilingan gandum), Thermopolium (sejenis
bar yang menyediakan minuman dingin dan panas), cauporioe (restoran
kecil), dan sebuah amfiteater.
Tahun 2002 penemuan lain yang
tak kalah pentingnya di hilir sungai Sarno mengungkapkan bahwa pelabuhan
tersebut juga memiliki banyak penduduk dan para penduduknya tinggal di palafitte (desa
dengan rumah-rumah yang menjorok di atas danau), dalam sebuah sistem kanal
yang, menurut para ilmuwan, menyerupai kanal-kanal di Venesia. Namun fakta ini masih harus
dipelajari lebih jauh.
Menurut Steven Ellis, salah
satu tim arkeolog University of Cincinnati, penggalian situs menghasilkan
analisis arkeologi terkait hunian lengkap di mana situs itu juga menyimpan
pusat bisnis yang terletak disalah satu gerbang tersibuk di Pompeii, Porta Stabia.
Wilayah situs mencakup 10 bidang bangunan terpisah dan memiliki 20 bangunan
toko yang sebagian besar menjual makanan dan minuman. Salah satu di antara
bukti yang diperiksa merupakan limbah yang diperoleh dari saluran air dan 10
kakus. Limbah makanan yang ditemukan berupa makanan mineral berasal dari dapur
dan kotoran manusia, salah satunya adalah sisa makanan terutama biji-bijian.
Materi yang dianalisis dari saluran air pembuangan mengungkapkan berbagai
kuantitas bahan yang sangat jelas membedakan sosial dan ekonomi antara kegiatan
dan kebiasaan konsumsi masing-masing properti, termasuk diantaranya limbah dari
penginapan.
Temuan limbah makanan
mengungkapkan jenis konsumsi murah dan elit seperti buah-buahan, kacang,
zaitun, ikan lokal dan telur ayam, serta potongan daging yang harganya jauh
lebih mahal. Selain itu, limbah kotoran yang ditemukan dari saluran air
tetangga juga mengungkapkan adanya perbedaan sosial ekonomi antara tetangga.
Saluran dari properti pusat diidentifikasi mengandung berbagai makanan kelas
atas yang mungkin diperoleh secara impor dari luar Italia, salah satunya
kerang, landak laut hingga kaki jerapah. Tulang kaki jerapah dianggap sebagai
makanan eksotis dan ditegaskan bahwa fakta ini dianggap sebagai satu-satunya
bukti yang pernah tercatat di penggalian arkeologi Romawi di Italia. Berbagai
makanan saji yang disediakan oleh restoran di kota Pompeii tidak hanya
menggambarkan adanya perdagangan dari wilayah jauh, tetapi juga menggambarkan
kekayaan dan makanan diet kaum non elit. Salah satu bukti adanya perdagangan
dari negara lain adalah impor rempah-rempah yang hanya bisa diperoleh dari
wilayah Indonesia.
Fresko erotis
Ada teori tanpa bukti yang
menyatakan bahwa Fontana menemukan beberapa fresko erotis selama penggalian
yang dilakukannya, namun karena norma-norma kesopanan yang amat kuat saat itu
ia mengubur fresko-fresko itu kembali. Hal ini diperkuat oleh laporan-laporan
penggalian oleh tim lain sesudahnya yang menyatakan bahwa daerah galian
tersebut menunjukkan suasana telah pernah digali dan dikuburkan kembali.
Pada saat penggalian tahun
1748, ditemukan berbagai pose erotis. Temuan ini membuat malu para sarjana dan
cendekiawan era Victoria. Raja Francis I yang menghadiri pameran koleksi temuan
dari Pompeii pada 1819, menjadi marah ketika melihat koleksi yang dianggap
mesum kala itu. Ia pun memerintahkan barang-barang erotis dipindah di museum
lain yang hanya bisa diakses para ilmuwan.
Para arkeologi menemukan
phallus atau bentuk kelamin jantan yaitu dekorasi yang umum di kota sebagai
perlambang keberuntungan. Simbol tersebut dilukis di banyak tempat seperti
rumah, jalanan, dan pasar.
Lupanare atau Lupanar adalah
rumah bordil paling terkenal di reruntuhan Pompeii. Bangunan itu terletak
sekitar 2 blok dari forum atau alun-alun di pusat kota, di persimpangan Vico
del Lupanare dan Vico del Balcone Pensile. Lupanare berupa bangunan berlantai
dua, yang didirikan beberapa tahun setelah 'kiamat kecil' menimpa Pompeii.
Gedung batu itu memiliki 10 kamar, 5 di lantai bawah dan sisanya di loteng yang
kondisinya jauh lebih baik. Masing-masing lantai dilengkapi kakus. Salah
satunya di bawah tangga. Ada tempat tidur batu di tiap kamar, yang dulunya
dilapisi matras tipis.
Renovasi Lupanare membutuhkan
waktu setahun penuh dan menyedot dana sekitar US$ 254 ribu atau setara Rp 3,5
miliar.
Pompeii dalam dunia hiburan populer
Pompeii dijadikan latar belakang novel sejarah modern The Last Days
of Pompeii dan sebuah film seri
televisi Inggris Up
Pompeii, dan novel Robert
Harris baru-baru ini, Pompeii,
sebuah kisah fiksi yang terpusat pada aquarius (ahli saluran air)
Marcus Attilius yang harus memperbaiki kerusakan pada akuaduk di
dunia, Aqua
Augusta, yang rusak di suatu tempat di sekitar Gn. Vesuvius. Dalam
seni visual, The Last Day of Pompeii adalah sebuah
lukisan terkenal oleh Carlo
Brullo yang kelahiran Rusia.
Pada Oktober 1971, band
terkenal Pink Floyd mengadakan
pertunjukan di sebuah amfiteater yang kosong dan berusia 2.000 tahun di
Pompeii, di hadapan penonton yang terdiri dari para kru film termasuk para
kamerawan. Pertunjukan ini diedarkan sebagai sebuah film di seluruh dunia, dan
belakangan dalam bentuk video. Sang sutradara belakangan menambahkan
gambar-gambar ruang angkasa dan merilisnya dalam bentuk 'potongan sutradara',
yang kini tersedia dalam bentuk DVD.
"Last Days of Pompeii" adalah sebuah opera rock
tahun 1991 oleh band rok alternatif Nova
Mob.
Taman bertema Busch
Gardens di Williamsburg, Virginia menampilkan sebuah atraksi
berjudul "Escape from Pompeii," (Melarikan diri dari Pompeii); di
situ para penumpang mengendarai kapal-kapal kecil yang konon sedang melarikan
diri melalui kota Pompeii sementara reruntuhan-reruntuhan kota berguliran di
sekitar mereka.
Rexford (Rex) Phillips, alias “Rexino Mondo,” menulis,
menyanyikan, membacakan serta memproduksi sebuah "buku audio" 210
menit berjudul Messenger From Pei (Utusan dari Pei). Buku ini
mengisahkan penugasannya di Kompi Khusus ke-10 dari Angkatan Darat AS di Korea. Di sana ia berjumpa, bersahabat dan
akhirnya menjalin hubungan yang akrab dengan aktris Debbie Reynolds. Berbagai arus bolak-balik
membawa mereka dalam suatu perjalanan ke kehidupan masa lampau, dan khususnya
dalam pelarian mereka dari "Pei yang dekaden", tepat sebelum
kehancuran total kota itu, bersamaan dengan hari-hari terakhir "Pompeii",
bakal anaknya yang rusak akhlaknya. Karya ini dibuat pada 1992 dan diedarkan
secara terbatas.
Palaestra Pompeii dilihat dari puncak dinding stadion.
Bagian tengah kiri yang mencekung diisi dengan air dan digunakan untuk latihan
berenang atau permainan pertempuran laut. Di sebelah kanan (agak tertutup oleh
batang pohon) adalah barisan pokok-pokok pohon yang menjadi arang, sisa-sisa
pohon (masing-masing seratus tahun usianya) dari palaestra yang terbakar dalam ledakan
gunung berapi tahun 79. Di antara mereka dan deretan tiang,
terdapat barisan pepohonan muda yang baru ditanam sebagai penggantinya.
Langganan:
Postingan (Atom)